AKHIRNYA, AKU KECEWA !
Thursday 6 February 2014
0
komentar
FAIRUS
DAILAMIY *
Malam semakin menampakkan gelap yang pekat, burung-burung
sudah beberapa jam yang lalu tertidur lelap dibalik ranting pohon, kini tinggal
kelelawar yang berperan penting dalam gelap malam ini. Menyusuri setiap remang-remang,
mencoba temukan target yang setengah hari sebelum terjun langsung pada titik
gelap. Sunyi, sepi, membelenggu lorong-lorong pinggiran, hanya sepintas suara
motor berlalu lalang menapaki jalan. Sepintas terlihat, kemudian menghilang
dalam gelap, besama iringan lagu-lagu melo. Dingin malam selalu datang pada
seseorang yang mencoba melawannya. Mencoba membuat katupan kecil pada setiap
manusia yang sesekali tidak berada dalam lindungan kehangatan, hingga ekspresi setiap
wajah akan sama akibatnya, sama-sama bergetar merinding.
Jam menunjukkan separuh malam
perjalanan gelap, dingin semakin menghantui setiap sudut jalanan, satu persatu
lelaki dalam gelap meninggalkan tempat tongkrongan, nasi goreng, warung-warung
kecil dan tempat remang-remang lainnya. Hanya tinggal satu tempat yang belum terusik
dingin malam ini, warung kopi. Sekumpulan lelaki masih tetap bertahan dalam
gelap dan dingin malam, tidak mengurungkan niatnya untuk bertahan, walau hanya
satu perlindungan yang mereka miliki, sarung, ya ! itu hanya sarung. Yang hanya
cukup menutupi seluruh tubuhnya dalam keadaan telungkup.
“Beli rokoknya satu bu, !!” ungkapku pada ibu penjaga
warung kopi. Cukup tua dan kelihatan sederhana penampilannya. Kelihatannya dia
ngantuk berat malam ini, aku bisa melihat dari raut wajahnya yang semakin
memudar dan dari matanya mulai meleleh seperti salju, menyelinap dibalik kayu pembatas warungnya
sambil menyodorkan uang kembalian untukku.
Aku langsung berlalu dari hadapan ibu pemilik warung tadi dan hanya
meninggalkan ucapan terima kasih untuk akhir dari negosiasiku dengannya. Sepeda
motor yang ku bawa untuk mempercepat laju perjalanan, kini kembali ku kendarai
menuju tempat dimana aku menunggu penantian.
Aku kembali melanjutkan penantian
yang tak kunjung sampai pada waktunya, tapi kini aku tidak kembali sendirian,
ada sebatang rokok ditangan kiri dan satu korek api ditangan kananku, perlahan
kuhisap sampai hembusan asap mengepul keluar dari mulutku, “huuuuuuuu !!!!!”.
Nikmat rasanya menciptakan surga dalam lingkaran asap,
mengikuti setiap pemikiran yang mulai tak tentu arahnya, dari kejadian yang
menyenangkan, penyesalan, kekecewaan, masa lalu, masa depan, hubungan antar
manusia yang lain, yang istimewa dan yang tidak, bahkan yang tidak tahu apa
yang harus aku lakukan. Sampai kembali lagi pada titik penantian yang
mengecewakan. Kepalaku mulai pusing memikirakannya. Tak tentu arah yang pasti
dari sekian banyak gejolak untuk mengantisipasi agar dari banyaknya persoalan,
hanya satu yang difikirkan dan menemukan jalan keluar.
Sahabatku yang ada disampingku sudah tertidur dari tadi, dengan
posisi yang berubah-ubah, mungkin itu bagian gerak dari mimpinya malam ini.
Miring kanan, miring kiri, kembali lagi pada posisi awal, terus seperti itu.
Aku yang memperhatikan hanya tersenyum saja, melihat sahabatku itu begitu
nikmat memposisikan diri. Sampai-sampai, dari terlalu banyaknya bergerak,
sarung yang dipakainya sudah berada setengah paha, hampir telanjang. Bisa
dikatakan; sudah setengah telanjang. Sebelum tidur dia hanya berpesan dua
kalimat saja padaku.
Jam 12 malam ! tolong saya dibangunkan, karena radio
harus dinonaktifkan, begitu padaku dia berkata. Saatnya sudah tiba, aku tidak
membangunkannya. Aku takut mengganggu. Karena petugas yang lain sudah
mendahulukan amanah yang telah diberikan sahabatku padaku. Dia lebih dulu
menonaktifkan radio saat sahabatku dalam setengah perjalanan ke alam bawah
sadar. Aku yang kebetulan duduk dibawah alat operasi itu, yang aku juga tidak
tahu apa namanya, hanya tersenyum saja saat petugas itu mengotak-atiknya.
Tombol power yang ada disebelah pojok bawah alat itu dipencetnya, zzeeepp !!!
kesunyian kembali mengiringi kesendirianku dalam penantian.
Kini, tinggal satu suara yang tetap menemaniku malam ini,
suara televisi didepanku. Sebenarnya sudah dari tadi menemaniku, sebelum sahabatku
tidur dan sebelum petugas tadi pulang usai tugasnya. Cuma dari sejak awal hidupnya
televisi, tidak ada yang menghiraukan atas keberadaannya. Aku ataupun
sahabatku. Ada ataupun tiada, sama saja.
Malam semakin larut, suara gemuruh laki-laki diujung
warung sudah tidak terdengar lagi, mungkin mereka telah pulang kerumahnya
masing-masing, karena tidak kuatnya dengan dinginnya malam. Suara motor hanya
tinggal beberapa saja yang kedengaran, sepintas menghilang. Aku kembali menundukkan
kepala sebagai peranan belaka untuk mencuri waktu dan kesenjangan, agar cepat
berjalan detik-detik penantian yang aku tunggu selama beberapa jam yang lalu.
Mataku mulai sembab, gerak tubuhku kaku lantaran terlalu lama duduk membeku
dalam satu sandaran lemari besar dari kayu. Mulutku menguap, sampai air mata
setetes berlinangan di kedua belah pipiku.
Kembali aku melihat sahabatku yang tertidur lelap, aku
berdiri dengan sekuat tenaga agar penantian ini tidak sia-sia karena takut
terjebak ke dalam alam bawah sadar. “Kak! Kak! Kakak!, aku pulang dulu ya, ada
yang ingin aku jemput !”, ungkapku padanya, aku tak tahu apakah dia mendengar
permohonan izinku untuk pulang atau tidak, tapi yang jelas aku yakin dia pasti mendengar apa yang aku
katakan, walau hanya samar-samar saja. Sepeda motor yang aku parkir di luar, ku
kendarai menuju kontrakan. Aku pulang.
Disepanjang perjalanan hanya ada satu dua orang yang
tetap menikmati dinginnya udara malam. Begitupun juga penjual gorengan pinggir
jalan, memang biasa kerja dari sebelum manghrib sampai subuh, tetap saja sama
seperti yang lain, menunggu pembeli datang, habis, pulang. Aku hanya sepintas
saja melihat kejadian itu, laju motorku terlalu cepat mendefinisikan keadaan yang
berbeda-beda dengan satu arah mata. Terlihat sudah, tikungan didepan, jalan
menuju kontrakan. Lima menit setelah tikungan aku sampai.
Sahabat-sahabatku yang lain masih banyak yang belum
tidur. Memang jarang mereka tidur dibawah jam 12 malam, adaaa saja yang
dikerjakan. Tapi untuk saat ini aku melihat mereka sibuk sendiri-sendiri, ada
yang mengerjakan tugas kuliah, baca buku, melamun. Mungkin mencari jati diri,
jati diri yang hilang dibalik ketiaknya. Aku kembali ke kontrakan, sebenarnya
tujuanku cuma satu. Aku ingin mengambil sarung. Benda sederhana yang membentuk
lingkaran dengan dua lubang yang sama-sama tembus. Tapi cukup kalau membuatku merasa
hangat dibuatnya, aku mudah sakit jika kedinginan, bisa-bisa masuk angin. Aku
tidak sama dengan lelaki-lelaki diwarung itu, yang kekar dan tahan banting
untuk psersoalan sekecil ini, dan kurang sepaham juga dengan mereka, jika bertahan
disetiap tetes embun. Dari dua lubang itu, ku lingkarkan pada tubuh. Kemudian
ku kembali menuju tempat sahabatku yang tadi. Seperti ini, karena aku ingat
satu pesan jika aku harus meninggalkannya.
Kamu
tidur disini, aku sendirian!!
Mendengar dia berbicara seperti itu,
aku merasa iba padanya. Dan sedikit menyadari bahwa itu amanah yang harus aku
lakukan. Meskipun, disatu sisi aku merasa belum terbiasa tidur bersama orang se
karisma dia, disisi yang lain aku juga diberi amanah untuk menemaninya karena
sendirian. Mau tidak mau aku harus mengambil keputusan dari salah satu pilihan
yang ditentukan.
Aku kembali ke tempat sahabatku yang
sendirian untuk menemaninya, ini merupakan keputusan yang ku ambil dan
kufikirkan secara matang. Karena aku berfikir tidak ada salahnya jika mencoba
dari ketidak biasaan ini, siapa tahu dari kejadian ini aku bisa mendapatkan
barokah yang diberikan oleh ALLAH lewat perantara ini. Laju motorku berangkat
melebihi batas kewajaran lalu lintas, setelah mempertimbangkan salah satu dari
pilihan itu, lima menit aku sudah berada di depan pintu tempat dia tinggal.
Pelan-pelan aku masuk, takut dia terbangun, kasihan. Karena sedikit saja
kesalahan dalam melangkah, fatal akibatnya.
Televisi didepanku masih menyala, sebelum
pulang memang sengaja tidak aku matikan, alasannya agar setiap orang yang lewat
didepan tempat itu merasa bahwa didalam masih ada orang dan belum tidur,
meskipun ini teori lama, tapi cukup untuk menipu setiap gerak. Aku hanya
memandangi sepintas dari setiap siaran televisi yang hanya itu-itu saja yang
ditayangkan. Tidak luput dari gosip selebritis dan melonjaknya pemasaran lagu-lagu
Boy band dan Girl band, yang semakin marak dan trend dikalangan anak muda
sekarang.
Jam sudah menunjukkan pukul dua
pagi, sudah sangat lama aku menunggu penantian yang tak kunjung sampai, ini
adalah yang ketiga kalinya mulutku menguap. Tak henti-hentinya. Tak kuat ku
menahan kantuk yang meleleh, ku coba menyegarkan kembali dengan
mengibas-ngibaskan kepalaku, tetap saja kantuk itu semakin menghantui pelipis
mataku.
Kubaringkan seluruh tubuh diatas
lantai tanpa selaput, mungkin lebih ringan menahan kantuk, dengan melonjorkan
seluruh tubuh agar kekakuan yang diendapkan bisa kembali bergerak seperti
semula. Ternyata tidak, setelah ku lakukan seperti itu, mataku tiba-tiba remang
melihat kejauhan dan benda-benda yang ada didepanku, semakin tidak kelihatan
lagi setiap aku pertahankan. Dan aku sadar, aku mulai terbawa kealam mimpi. Dan
kemudian hanya kegelapan yang ada. Aku tertidur.
Hingga pagi menjelang, sedikit demi sedikit kubuka pelan
mataku, agak sembab dan perih. Pas didepanku, sekitar jam enam pagi, televisi
masih keadaan menyala. Kulihat skor dari kedua tim ada yang kalah dalam siaran
ulang pertandingan Real Madrid vs Dhortmound. Ternyata penantianku yang semalaman
bersama nyamuk-nyamuk sialan dan berharap menang, sia-sia. Real Madrid kalah (1-2).
Aku pulang dengan kecewa.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: AKHIRNYA, AKU KECEWA !
Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kublogspot.blogspot.com/2014/02/akhirnya-aku-kecewa.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih telah singgah, berkomentar lah dengan baik