Pendidikan “Gadungan”
Friday 13 June 2014
0
komentar
Pendidikan “Gadungan”
“Anak-anak harus dididik,
tetapi mereka juga harus dibiarkan untuk mendidik diri mereka sendiri”. (Ernest
Dimnet, PendetaPrancis:1866-1954)
Bagi yang pernahmampirke Jakarta, sebaiknya janganpernahkembalilagi.Bagi
yang merantau, mengadu nasib di sana,maka untuk segera pulang.Betapa tidak,lalu lintas di Jakarta
diprediksiakanmacet total mulai pertengahan 2014.
Saat itulahJakarta sudah tak layak huni.
Macet, banjir, kumuh,dan polusi menjadi menu sarapan pagi sampai matahari terbit
lagi. Sepanjang jalan penuh dengan bunyi-bunyian klakson, serta umpatan yang
membisingkan. Toh walaupun itu konsekuensi logis dari Megapolitan. Kata
“ibukota” tak layak lagi disematkan untuk Jakarta.
Potret Jakarta
yang tak manusiawi,rasanya seperti wajah pendidikan kita saat ini.Pendidikan
yang seharusnya melakukan humanisasi,justru terjerembab dalamruang hitam dehumanisasi. Pendidikan tak lagi ramah dengan
penganutnya.Bahkan menjadi musuh nyata ketika guru dan siswa kucing-kucingan,
seperti Tom and Jerry. Anak-anakkinienggan
diarahkan, apalagi untuk belajar. Mereka lebih senang mendidik diri sendiri di Warnet-warnet
dan Rental game playstation di gang-gang
sempit.
Sisi lain yang lebih miris. Saat ini guru bukan lagi
sosok yang dihormati, melainkan ditakuti. Wajar saja, kini guru lebih suka mendidiksiswanya,seperti
mengisiember kosong dengan batu besar. Terkadang dengan air keruh yang
membahayakan jiwa.
Benar apa yang
dikatakan William Butler Yeats (Penyair Irlandia:1865-1939), dalam karya
fenomenalnya “The Tower”.
Menyampaikan, bahwa pendidikan bukan pengisian ember, tetapi menyalakan api. Lalu, bagaimana respon
pendidikan? Apa yang menyebabkan anak-anak lariterbirit-birit ketakutan dari
sekolah? Sepertitumpukan sampah yang berbau busuk dan harus dijauhi.
Bullying
Karakter orang
yang melakukan kekerasan (bullying)bagai
banteng yang suka menyeruduk apa pun di depannya. Memang secara semantik kata bull, berarti banteng.Bullying dilakukan untuk menekan, dan
mengintimidasi korbannya.Orang melakukan bullying
melalui banyak cara. Baik secara fisik: memukul, menampar. Secara verbal: mengejek. Maupun melalui psikologis: mengucilkan, mencibir
dan sebagainya.
Bullyingmerupakanbudayapendidikan paling “gadungan”.Karena guru pun
kerap kali melakukannya. Lebih-lebih antar pelajar, kekerasan sudah menjadi dendamkesumat. Senioritas juga menjadi pemicunya.
Padahal pendidikan
adalah kasih sayang. Mendidik berarti menciptakan manusia-manusia penyayang, seperti
Tuhan Sang Maha Penyayang.Namun, tak banyak guru yang memahami perbedaanketegasan
dan kekerasan.Ketegasan cermin dari kewibawaan, sedangkan kekerasan berujung
ketakutan.
Dalam “pendidikan
gadungan”,guru menurut siswaadalah monster yang menakutkan, mukanya
beringas, seperti penjahat sedang melihat mangsanya. Guru lebih suka
menghakimi, mencerca, mencela.Daripada menginspirasi,
memotivasi, mengayomi anak didik.
Siswa menurut
guru adalah orang-orang yang dipenuhi kebodohan, kenakalan,dan keterbelakangan. Apabila ada siswa yang mendapatkan nilai rendahdalampelajarantertentu, maka menjadialasanuntuk dikatakan bodoh, dan berujungtidaknaikkelas. Padahalmasing-masing orang memilikikemampuandanbakatyang berbeda-beda. Mustahilsatu orang
menguasaiseluruhdisiplinilmu.
“Pendidikangadungan”, membuat sekolah menyeramkan. Alih-alihanakdidik pergi ke sekolahdengansenyumanmanis,hausdengan ilmu, rindu terhadap guru.Kinimembayangkannys saja sudah jemu danstress.
Pendidikan gadungan menjadi cikal-bakal lahirnya generasi pemuja eksklusivisme, anarkisme,intoleran,bahkan terorisme.Sebab
sejak dini merekasudahterbiasadengankekerasan, yang dulu dibentuk
oleh lingkungan sekolah.
Model Pendidikan
Anak didik
memiliki keunikan, kepribadian,
dankecerdasan yangbegitu variatif.Karenaitu, sekolah semestinyamampu memfalisitasimerekadalammengembangkanragamkecerdasan yang dimiliki masing-masing siswa.
Lain halnyadengan“pendidikan gadungan”, anakdidik dicekoki dengansemuamatapelajaran,sertawajibmencapaiketuntasan minimum.Mereka harus menyelesaikan tugassetumpuk, bak sampah yang menggunung.Anak
didiktak ada bedanya dengan kuli bangunan, mengejar target-target tertentu yang
sudah ditentukansekolah.
BelajardariFinlandia.Sebagainegara
yang pendidikannya paling maju di dunia.Model pendidikan
di sanasangatlah sederhana. Sekolah memberi kebebasan padaanak didikuntukmemilih mata pelajaran tertentuyang diminati, disukai dan
menjadi bakatnya. Pun dalam menentukanjadwalujian, siswa diberiotonomikhususuntukmatapelajaran
yang sudahdiakuasai. Intervensi
pemerintah diberanguskan.
Berbedadengan “pendidikan gadungan” di negarakita.Dari perencanaan hingga evaluasi.
Bahkan yang menentukan lulus tidaknya siswa, masih saja pemerintah. Bukan
sekolah, apalagi guru yang manut-manut saja. Maklum, pendidikan di negeri ini
sudah menjadi komoditas dan bisnis perut pemerintah.
Akhirnya.Budaya bullying dan model pendidikan yang cenderung mengekang siswa, jelas-jelas
sudah melanggar hak asasi anak, sertahak asasi manusia.Anak didik sebagai
manusia merdeka, harus bebas dari kekerasan(fisik dan psikis),bebas
berekspresi, dan berkreasi sebagai wujud pengembangan diri (self development). Sekolah dan orang tua seharusnya lebih pekaterhadap
kebutuhan dan gaya pendidikan yang relevan dengan jiwa-jiwa anakzaman sekarang.
“Pendidikan gadungan” hanya akan melahirkan generasi yang kering kerontangdariembun kemanusiaan. Ilmu luas, tapi hatinya kerdil.Padahal
titik zenith keberhasilan pendidikan tercermin dari atmosfer kemanusiaan yang
melingkupinya.
Dengan menghentikan pabrik pendidikan palsu (gadungan), berarti kita menyelamatkan anakbangsadari lingkaran setan yang membelenggu hakikat pendidikan itu
sendiri.Akhirnya lepas dari “kemandekan”.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pendidikan “Gadungan”
Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://kublogspot.blogspot.com/2014/06/pendidikan-gadungan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh apa aja
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih telah singgah, berkomentar lah dengan baik